Buku Bahasa Indonesia Guru dan Siswa Kelas 10 SMA MA SMK MAK Edisi Revisi 2016
Berikut ini adalah berkas Buku Bahasa Indonesia Guru dan Siswa Kelas 10 SMA MA SMK MAK Edisi Revisi 2016. Download file PDF. Untuk melihat buku-buku pelajaran lain yang digunakan di kelas 10 SMA Kurikulum 2013 silahkan lihat:
Buku Guru dan Buku Siswa Kurikulum 2013 SMA Kelas 10 Edisi Revisi 2016
Buku Bahasa Indonesia Guru dan Siswa Kelas 10 SMA MA SMK MAK Edisi Revisi 2016 |
Download Buku Bahasa Indonesia Guru dan Siswa Kelas 10 SMA MA SMK MAK Edisi Revisi 2016
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas ini silahkan lihat di bawah ini:
Download File:
Download File:
Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas 10 Edisi Revisi 2016.pdf
Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas 10 Edisi Revisi 2016.pdf
Buku Bahasa Indonesia Guru dan Siswa Kelas 10 SMA MA SMK MAK Edisi Revisi 2016
Berikut ini kutipan keterangan dari isi pendahuluan Buku Bahasa Indonesia Guru dan Siswa Kelas 10 SMA MA SMK MAK Edisi Revisi 2016:
Buku pelajaran Bahasa Indonesia ditulis dengan tujuan agar para peserta didik memiliki kompetensi berbahasa Indonesia untuk berbagai keperluan. Kegiatan yang dirancang dalam buku diharapkan dapat membantu peserta didik mengembangkan kompetensi berbahasa yang dibutuhkan dalam kehidupan.
Konsep utama pengembangan buku ini adalah berbasis genre yang memiliki keragaman sesuai dengan tujuan kegiatan sosial dan tujuan komunikasinya. Setiap jenis kegiatan berbahasa dalam kehidupan sosial memiliki kekhasan cara pengungkapan (struktur retorika teks) dan kekhasan unsur kebahasaan. Inilah cara pandang baru tentang bahasa. Buku ini bahasa efek komunikasinya dan fungsi sosial. Misalnya, jika yang lalu peserta didik belajar menulis surat dengan format standar, tidak terlalu menekankan isi surat, maka pembelajaran surat sekarang harus dapat berdampak sosial (menunjukkan kepribadian saat menulis surat lamaran pekerjaan, surat yang meyakinkan orang lain). Bahasa dan isi menjadi dua hal yang saling menunjang. Ini sejalan dengan perkembangan teori pengajaran bahasa yang menonjolkan 4 unsur penting sebagai penajaman pengertian kompetensi berbahasa, yaitu isi (content), bahasa/komunikasi (communication), kognisi (cognition), dan budaya (culture).
Pengembangan buku ini dilakukan dengan mengacu pada konsep teoretik yang mendasari pembelajaran bahasa terkini, yaitu content language integrated learning (CLIL) dan prinsip pedagogik berbasis genre. Setiap pelajaran dalam buku ini mencakup:
- penjelasan tentang tujuan, struktur retorika, kebahasaan dan lokasi sosial;
- model teks dan telaah model teks;
- latihan dan tugas; dan
- tugas pengembangan kompetensi.
Buku pelajaran Bahasa Indonesia ini terdiri atas Buku Siswa dan Buku Guru. Buku Guru berisi panduan pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum dan bagaimana menggunakan buku teks secara khusus setiap pelajaran.
Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum, termasuk pelajaran Bahasa Indonesia merupakan konsekuensi logis dari perkembangan kehidupan dan perkembangan pengetahuan tentang bahasa dan bagaimana cara berbahasa terwujud dalam teori belajar bahasa terkini. Perkembangan teori belajar bahasa berkontribusi terhadap pemahaman tentang hakikat bahasa, hakikat bagaimana manusia belajar dan hakikat komunikasi interkultural, dan sekaligus tentang minda manusia itu sendiri yang kesemuanya ini saling berkaitan dan saling berdampak satu sama lain. Pemahaman hal ini dimaksudkan untuk peningkatan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia secara berkesinambungan.
Kurikulum Bahasa Indonesia secara ajeg dikembangkan mengikuti perkembangan teori tentang bahasa dan teori belajar bahasa yang sekaligus menjawab tantangan kebutuhan zaman. Hal ini dimulai sejak 1984 hingga sekarang Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang “outcomes-based curriculum”. Oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah: (1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi Dasar (KD); (2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran; (3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu; (4) penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD pada suatu mata pelajaran; (5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep, generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–based curriculum” atau “content- based curriculum”; (6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran; (7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memerhatikan karakteristik isi kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas. Keterampilan kognitif dan psikomotorik merupakan kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung; (8) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.
Beban belajar pada jenjang pendidikan SMA/MA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 38 jam per minggu. Jam belajar SMA/MA adalah 45 menit. Mata pelajaran Bahasa Indonesia 4 jam belajar per minggu.
Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar dan perkembangan anak-anak Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator, pemikir imajinatif dan warga negara Indonesia yang literat atau melek informasi. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan membina dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi yang dibutuhkan peserta didik dalam menempuh pendidikan dan di dunia kerja.
Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar peserta didik mampu mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis. Kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan tiga hal yang saling berhubungan dan saling mendukung dalam mengembangkan pengetahuan siswa, memahami, dan memiliki kompetensi mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis. Ketiga hal tersebut adalah bahasa (pengetahuan tentang Bahasa Indonesia); sastra (memahami, mengapresiasi, menanggapi, menganalisis, dan menciptakan karya sastra; literasi (memperluas kompetensi berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan khususnya yang berkaitan dengan membaca dan menulis).
Bahasa
Pengetahuan tentang Bahasa Indonesia yang dimaksud adalah pengetahuan tentang bahasa Indonesia dan bagaimana penggunaannya yang efektif. Peserta didik belajar bagaimana bahasa Indonesia memungkinkan orang saling berinteraksi secara efektif; membangun dan membina hubungan; mengungkapkan dan mempertukarkan pengetahuan, keterampilan, sikap, perasaan, dan pendapat. Peserta didik mampu berkomunikasi secara efektif melalui teks yang koheren, kalimat yang tertata dengan baik, termasuk tata ejaan, tanda baca pada tingkat kata, kalimat, dan teks yang lebih luas. Pemahaman peserta didik tentang bahasa sebagai sistem dan bahasa sebagai wahana pengetahuan serta bahasa sebagai media komunikasi akan menjadikan peserta didik sebagai penutur Bahasa Indonesia yang produktif.
Sastra
Pembelajaran sastra bertujuan melibatkan peserta didik dalam mengkaji nilai kepribadian, budaya, sosial, dan estetik. Pilihan karya sastra dalam pembelajaran yang berpotensi memperkaya kehidupan peserta didik, memperluas pengalaman kejiwaan, dan mengembangkan kompetensi imajinatif. Peserta didik belajar mengapresiasi karya sastra dan menciptakan karya sastra maka mereka akan memperkaya pemahaman peserta didik pada kemanusiaan dan sekaligus memperkaya kompetensi berbahasa. Peserta didik menafsirkan, mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks sastra seperti cerpen, novel, puisi, prosa, drama, film, dan teks multimedia (lisan, cetak, digital/ online). Karya sastra untuk pembelajaran yang memiliki nilai artistik dan budaya diambil dari karya sastra daerah, sastra Indonesia, dan sastra dunia. Karya sastra yang memiliki potensi kekerasan, kekasaran, pornografi, konflik, dan memicu konflik SARA harus dihindari. Karya sastra unggulan namun belum sesuai dengan pembelajaran di sekolah, perlu dimodifikasi terlebih dahulu untuk kepentingan pembelajaran namun tanpa melanggar ketentuan hak cipta karya sastra.
Literasi
Aspek literasi bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menafsirkan dan menciptakan teks yang tepat, akurat, fasih, dan penuh percaya diri selama belajar di sekolah dan untuk kehidupan di masyarakat. Pilihan teks mencakup teks media, teks sehari-hari, dan teks dunia kerja. Rentangan bobot teks dari kelas 1 hingga kelas 12 secara bertahap semakin kompleks dan semakin sulit, dari bahasa sehari-hari pengalaman pribadi hingga semakin abstrak, bahasa ragam teknis dan khusus, dan bahasa untuk kepentingan akademik. Peserta diddik dihadapkan pada bahasa untuk berbagai tujuan, audiens, dan konteks. Peserta didik dipajankan pada beragam pengetahuan dan pendapat yang disajikan dan dikembangkan dalam teks dan penyajian multimodal (lisan, cetakan, dan konteks digital) yang mengakibatkan kompetensi mendengarkan, memirsa, membaca, berbicara, menulis dan mencipta dikembangkan secara sistematis dan berperspektif masa depan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pengembangan kurikulum pelajaran Bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teori belajar dan pengajaran bahasa. Pengembangan Kurikulum 2013 didasarkan pada perkembangan teori belajar bahasa terkini. Landasan teoretik Kurikulum 2013, sekaligus penjelasan bagaimana implementasi yang semestinya, merupakan pengembangan pendekatan komunikatif dan pendekatan dari dua teori yang menjadi dasar pengembangan kurikulum bahasa di berbagai negara maju saat ini juga menjadi dasar Kurikulum 2013, yaitu genre-based, genre pedagogy dan CLIL (content language integrated learning). Teks dalam pendekatan berbasis genre bukan diartikan sebagaimana pada umumnya dipahami orang sebagai tulisan. Teks merupakan kegiatan social yang bertujuan sosial. Terdapat 7 jenis teks sebagai tujuan sosial, yaitu: laporan (report), rekon (recount), eksplanasi (explanation), eksposisi (exposition: discussion, response or review), deskripsi (description), prosedur (procedure), dan narasi (narrative). Lokasi sosial dari eksplanasi dapat berupa berita, ilmiah populer, paparan tentang sesuatu; naratif dapat berupa bercerita, cerita, dan sejenisnya; eksposisi dapat berupa pidato/ceramah (eksemplum ada dalam pidato atau tulisan persuasif ), surat pembaca, dan debat. Tujuan sosial melalui bahasa berbeda-beda sesuai keperluan. Pencapaian tujuan ini diwadahi oleh karakteristik cara mengungkapkan tujuan sosial yang disebut struktur retorika, pilihan kata yang sesuai dengan tujuan, serta tata bahasa yang sesuai dengan tujuan. Misalnya, tujuan sosial eksposisi adalah berpendapat sehingga memiliki struktur retorika tesis-argumen.
Teks diartikan sebagai cara untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat berbentuk tulisan, lisan, atau multimodal. Teks multimodal menggabungkan bahasa dan cara komunikasi lainnya seperti visual, bunyi, atau lisan sebagaimana disajikan dalam film atau penyajian komputer.
CLIL sebenarnya bukan hal baru dalam pengajaran bahasa. Penggabungan isi dan bahasa sudah digunakan selama beberapa dekade dengan penamaan yang berbeda. Nama lain CLIL yang cukup lama dikenal adalah pengajaran bahasa berbasis tugas (task-based learning and teaching), program “pencelupan” di Kanada dan Eropa, program pendidikan bilingual di AS. Para ahli pengajaran bahasa menyepakati bahwa CLIL merupakan perkembangan yang lebih realistis dari pengajaran bahasa komunikatif yang mengembangkan kompetensi komunikatif. Jadi arah perkembangan selanjutnya dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KTSP/2006) adalah kurikulum yang berdasar pada CLIL. Ini lah yang menjadi rujukan utama Kurikulum 2013. Istilah tematik-integratif dalam Kurikulum 2013 merupakan perwujudan penerapan CLIL. Coyle (2006, 2007) mengajukan 4C sebagai penerapan CLIL, yaitu content, communication, cognition, culture (community/citizenship). Content itu berkaitan dengan topik apa (dalam hal ini adalah topik IPA seperti ekosistem). Communication berkaitan dengan bahasa jenis apa yang digunakan (misalnya membandingkan, melaporkan). Pada bagian ini konsep genre teraplikasi, bagaimana suatu jenis teks tersusun (struktur teks) dan bentuk bahasa apa yang sering digunakan pada jenis teks tersebut. Cognition berkaitan dengan keterampilan berpikir apa yang dituntut berkenaan dengan topik (misalnya mengidentifikasi, mengklasifikasi). Culture berkaitan dengan muatan lokal lingkungan sekitar yang berkaitan dengan topik, misalnya kekhasan tumbuhan yang ada di wilayah tempat siswa belajar, termasuk juga persoalan karakter dan sikap berbahasa.
Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dan Pedagogi Genre (Genre Pedagogy) digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ilmiah digunakan untuk mengembangkan belajar mandiri dan sikap kritis terhadap fakta dan fenomena. Guru diharapkan tidak memberi “tahu” sesuatu yang dapat dilakukan anak untuk mencari “tahu”. Pengetahuan diperoleh peserta didik melalui langkah-langkah metode ilmiah: mengajukan pertanyaan, mengamati fakta, menajukan jawaban sementara, menguji fakta, menyimpulkan jawaban, menyampaikan temuan. Guru tidak harus menjelaskan pengertian pantun, syarat-syarat pantun tetapi memandu siswa menemukan itu semua dengan mengamati fakta (berbagai macam pantun).
Tujuan pembelajaran yang bersifat keterampilan dapat menggunakan pendekatan pedagogi genre. Pendekatan pedagogi genre didasarkan pada siklus belajar-mengajar “belajar melalui bimbingan dan interaksi” yang menonjolkan strategi pemodelan teks dan membangun teks secara bersama-sama (joint construction) sebelum membuat teks secara mandiri. Bimbingan dan interaksi menjadi penting dalam kegiatan belajar di kelas. Siklus yang dikembangkan Rothery (1996) mencakup: (1) pemodelan teks (modelling a text), (2) konstruksi bersama (joint construction of a text), dan konstruksi mandiri (independent construction of a text).
Firkins, Forey, dan Sengupta (2007) mengembangkan siklus Rothery dengan modifikasi penjenjangan yang mencakup: (1) pengembangan kesadaran kontekstual dan metakognitif (schema building), misalnya menggali pengalaman peserta didik; (2) penggunaan teks otentik sebagai model; (2) pengenalan dan pernyataan kembali metawacana; (3) penghubungan teks (intertekstualitas) dengan secara gamblang mendiskusikan persamaan yang ditemukan dalam suatu genre, misalnya tipe leksiko-gramatikal yang biasanya ditemukan dalam teks prosedural.
Dalam pedagogi genre, makna perancah (scaffolding) menempel pada proses belajar mengajar. Dalam teori Belajar Sosial Vygotsky ditekankan “kolaborasi interaktif antara guru dan siswa, guru mengambil peran otoritatif untuk menaikkan jenjang (to scaffold) performansi potensial peserta didik”. Konsep Zone of Proximal Development Vygotsky menjelaskan bahwa belajar terjadi dalam suatu konteks sosial percakapan dan keterampilan berpikir dan hanya dapat terjadi melampaui Zone of Actual Development individual. Menurut Vygotsky belajar terjadi hanya dalam Zone of Proximinal (potential) Development. Dukungan dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu situasi anak mencapai keberhasilan suatu tugas di bawah bimbingan, dukungan yang secara bertahap dihilangkan saat peserta didik mampu melaksanakan tugas secara mandiri.
Proses utama belajar mengajar pedagogi genre dikenal sebagai siklus belajar mengajar yang terdiri atas empat tahap, yaitu: Building Knowledge of Field, Modelling of Text, Joint Construction of Text, and Independent Construction of Text. Dalam Building Knowledge of Field, peserta didik dipajankan kepada pembahasan atau kegiatan yang membantu peserta didik memaknai konteks situasional dan kultural genre yang sedang dipelajari. Modelling of Text, fokus pada analisis teks, yang menarik perhatian peserta didik untuk mengidentifikasi tujuan dan struktur generik (skematik) dan fitur bahasa teks. Joint Construction, guru dan peserta didik membangun teks bersama-sama. Guru sebagai penulis atau pengarang, menulis kontribusi peserta dididk di papan tulis. Guru juga mungkin harus memperbaiki kalimat peserta didik agar lebih tepat. Guru melatih subketerampilan yang dibutuhkan. Jika peserta didik cukup percaya diri, akan bergerak menuju Independent Construction, dan peserta didik menulis tulisan mereka sendiri berdasarkan pemahaman, pengalaman, dan penalarannya sehingga menghindari plagiasi atau mengakui karya orang lain sebagai karyanya.
Dalam pedagogi genre, makna perancah (scaffolding) menempel pada proses belajar mengajar. Dalam teori Belajar Sosial Vygotsky ditekankan “kolaborasi interaktif antara guru dan siswa, guru mengambil peran otoritatif untuk menaikkan jenjang (to scaffold) performansi potensial peserta didik”. Konsep Zone of Proximal Development Vygotsky menjelaskan bahwa belajar terjadi dalam suatu konteks sosial percakapan dan keterampilan berpikir dan hanya dapat terjadi melampaui Zone of Actual Development individual. Menurut Vygotsky belajar terjadi hanya dalam Zone of Proximinal (potential) Development. Dukungan dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu situasi anak mencapai keberhasilan suatu tugas di bawah bimbingan, dukungan yang secara bertahap dihilangkan saat peserta didik mampu melaksanakan tugas secara mandiri.
Proses utama belajar mengajar pedagogi genre dikenal sebagai siklus belajar mengajar yang terdiri atas empat tahap, yaitu: Building Knowledge of Field, Modelling of Text, Joint Construction of Text, and Independent Construction of Text. Dalam Building Knowledge of Field, peserta didik dipajankan kepada pembahasan atau kegiatan yang membantu peserta didik memaknai konteks situasional dan kultural genre yang sedang dipelajari. Modelling of Text, fokus pada analisis teks, yang menarik perhatian peserta didik untuk mengidentifikasi tujuan dan struktur generik (skematik) dan fitur bahasa teks. Joint Construction, guru dan peserta didik membangun teks bersama-sama. Guru sebagai penulis atau pengarang, menulis kontribusi peserta dididk di papan tulis. Guru juga mungkin harus memperbaiki kalimat peserta didik agar lebih tepat. Guru melatih subketerampilan yang dibutuhkan. Jika peserta didik cukup percaya diri, akan bergerak menuju Independent Construction, dan peserta didik menulis tulisan mereka sendiri berdasarkan pemahaman, pengalaman, dan penalarannya sehingga menghindari plagiasi atau mengakui karya orang lain sebagai karyanya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X
Konsep utama pengembangan buku teks berdasarkan pada cara pandang tentang fungsi bahasa sebagai kegiatan manusia pada umumnya. Kegiatan ini memilki kekhasan cara pengungkapan dan kebahasaannya. Inilah cara pandang baru tentang bahasa. Bahasa dan Isi menjadi dua hal yang saling menunjang. Ini sejalan dengan perkembangan teori pengajaran bahasa di Eropa dan Amerika, Content Language Integrated Learning yang menonjolkan empat unsur penting sebagai penajaman pengertian kompetensi berbahasa, yaitu isi (content), bahasa/ komunikasi (communication), kognisi (cognition), dan budaya (culture).
Pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan genre pedagogi. Model pembelajaran bahasa berbasis genre mencakup empat prosedur utama, yaitu:
- penentuan konteks teks dan membangun pengetahuan tentang teks yang akan dipelajari,
- pemodelan dan dekonstruksi,
- konstruksi siswa yang dibantu guru dalam berbagai latihan dan tugas hingga menyusun teks sasaran (joint construction),
- tugas dan latihan teks sasaran secara mandiri yang minim bantuan guru (independent construction). Prosedur ini diwadahi dalam buku teks yang memiliki empat bagian, yaitu (1) membangun konteks; (2) pemodelan dan dekontruksi; (3) pra-kontruksi; dan (4) kontruksi. Kegiatan dalam setiap prosedur diharapkan bervariasi dan sesuai dengan jenis teks yang dipelajari.
Istilah konstruksi bermakna proses menyusun atau menciptakan hingga menjadi produk kompetensi. Dekonstruksi yang dimaksud adalah peserta didik dibekali dengan kompetensi pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana menyusun atau menciptakan teks. Bagian dekonstruksi berupa pemberian informasi tentang teks yang akan dipelajari dan mencermati model teks. Seperti halnya, seseorang akan membuat mobil maka dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman tentang mobil, termasuk struktur (kerangka dasar) mobil, cara kerja mesin mobil dan lain-lain.
Kegiatan menelaah model merupakan kegiatan menalar, seperti halnya mengamati semua hal tentang mobil. Model teks dapat diambil dari penggunaan otentik dari media massa (cetak dan elektronik) atau penggunaan di masyarakat yang tidak terpublikasi. Model teks juga dapat dikembangkan oleh penulis. Pada kegiatan ini, pendekatan saintifik dapat diterapkan untuk mendekonstruksi model teks. Model teks dapat diberikan lebih dari satu, termasuk untuk latihan menelaah model.
Setelah itu disebut pra-konstruksi, yaitu mencoba merakit kembali bagian- bagian mobil yang sudah dipilah-pilah. Setelah berhasil maka langkah berikutnya adalah membuat mobil. Peran guru dalam kegiatan dekonstruksi dan prakonstruksi sangat dibutuhkan. Pendekatan saintifik bukan membiarkan siswa mencari sendiri tanpa bekal dan bimbingan. Joint construction bukanlah kerja bersama atau kerja kelompok namun guru membimbing siswa agar mampu menyusun sendiri. Ibarat sebelum bermain sepakbola, guru melatih siswa berlari, membawa bola, atau menendang bola. Kompetensi berbahasa membutuhkan latihan menggunakan kata dan menyusun kalimat yang khas untuk teks tertentu. Inilah yang dilakukan dalam tahap prakonstruksi. Bahkan pada tahap konstruksi siswa tetap dalam bimbingan guru.
Bagian akhir (konstruksi) adalah berisi panduan, tugas, dan latihan menyusun teks secara mandiri. Guru sebagai fasilitator. Tugas dan latihan yang otentik dan menarik.
Belum ada Komentar untuk "Buku Bahasa Indonesia Guru dan Siswa Kelas 10 SMA MA SMK MAK Edisi Revisi 2016"
Posting Komentar